Minggu, 13 Juli 2008

Si Menang dan Si Kalah

Si Menang mencari jawaban atas setiap masalah;

Si Kalah mencari masalah untuk setiap jawaban


Si Menang berkata: "Wah, ini sulit tapi saya bisa koq",

Si Kalah berkata: "Ini mungkin, tapi...terlalu sulit."


Ketika berbuat salah, si Menang berkata: "Maaf, saya salah";

Saat si Kalah berbuat salah, ia berujar: "Ini bukan salahku".


Seorang pemenang membangun komitmen;

Si kalah membuat janji-janji


Si Menang berujar: "Saya harus mengerjakan sesuatu";

Si Kalah bilang: "Sesuatu harus dikerjakan"


Si Menang punya program kerja,

Si Kalah selalu punya alasan untuk tidak mengerjakan


Si Menang bilang: "Boleh kan, kalau saya kerjakan untukmu?";

Si Kalah berujar: "Ini bukan tugasku"


Si Menang mellihat kebaikan;

Si Kalah melihat kejelekan/beban


Si Menang merasa sebagai bagian dari tim;

Si Kalah mencoba memisahkan diri dari tim


Si Menang menatap masa depan dan memandang saat ini sebagai peluang dan potensi;

Si Kalah menandalkan masa lalu


Si Menang berargumentasi keras dengan kata-kata lembut;

Si Kalah berargumentasi lembut dengan kata-kata keras


Si Menang berteguh hati pada nilai tetapi kompromi dengan hal-hal sepele;

Si Kalah bersikukuh dengan hal-hal kecil tapi kompromi pada nilai


Si Menang menerapkan filosofi empati:

"Jangan lakukan pada orang lain

Apa yang tidak anda sukai orang lain lakukan pada anda";

Si Kalah berpegang pada filosofi:

"Lakukan pada orang lain

sebelum mereka melakukan pada anda"




"Tergantung pilihan kita, apakan mau menjadi

MENANG atau KALAH"


Misi Hidup dalam Kerja

Seorang wanita tua, bertubuh gemuk, dengan senyum jenaka di sela-sela pipinya yang bulat, duduk menggelar nasi bungkus dagangannya. seketika beberapa kuli bangunan dan kuli angkut yang sudah menunggunya sejak tadi mengerubunginya dan membuatnya sibuk meladeni. Bagi mereka, menu dan rasa bukanlah soal. Yang terpenting adalah harganya yang sangat murah.
Hampir-hampir mustahil ada orang yang bisa berdagang dengan harga sedemikian murah. Lalu apa untungnya?
Wanita itu terkekeh menjawab, "Bisa numpang maka dan beli sedikit sabun." Tapi bukankah bisa menaikkan harga sedikit. Sekali lagi ia terkekeh, "Lalu bagaimana kuli-kuli itu bisa beli? Siapa yang mau menyediakan sarapan buat mereka?" katanya sambil menunjukkan para lelaki yang mulai kembali bekerja mengaduk pasir dan mengangkut barang ke atas sebuah truk.

Dari cerita tentang wanita penjual nasi tersebut, kita dapat belajar bahwa dalam bekerja, kita tidak melulu harus mengejar materi. Kita juga harus menyisipkan misi hidup. Misi hidup tersebut adalah bagaimana kita juga dapat memberikan kesejahteraan bagi orang lain.

"Bukankah hidup kita akan lebih bermakna apabila
kita dapat berbagi kesejahteraan dengan orang lain?"


Sabtu, 31 Mei 2008

Tentang Psikotes

Selama ini, setiap kali ada orang yang mengetahui kalo saya kuliah di Psikologi (pada waktu saya kuliah dulu), mereka selalu meminta untuk diramal tentang kepribadiannya (mereka pikir saya peramal kali ya..). Apalagi setelah tahu kalo saya kuliah profesi, lagi-lagi saya mendapat pertanyaan bagaimana cara mengerjakan psikotes sehingga bisa diterima di perusahaan yang mereka inginkan. Atau bagaimana cara menggambar pohon yang benar, bagaimana cara menggambar orang yang benar. Selalu saja pertanyaan-pertanyaan seperti itu dan sejenisnya yang saya terima. Jujur aja, kadang bosan juga menerima pertanyaan seperti itu tapi mau gimana lagi itu kan resiko profesi (cie..). Dari berbagai macam pertanyaan yang muncul tersebut, akhirnya saya memberanikan diri untuk membuat jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut disini.

Buat teman-teman yang akan mengikuti psikotes atau yang seringkali gagal mendapatkan pekerjaan yang diinginkan karena gagal di psikotes, saya punya beberapa tips.
  1. Malam hari sebelum mengikuti psikotes, istirahat yang cukup. Gak lucu kan pas waktunya psikotes malah bangun kesiangan atau mata sembab karena kurang tidur.
  2. Sebelum psikotes, jangan lupa makan dulu. Apabila mengerjakan dalam kondisi perut lapar, pasti tidak akan bisa berkonsentrasi dan hasil yang didapat juga tidak maksimal.
  3. Jangan pernah membeli buku-buku tentang tips sukses psikotes dan lain sebagainya. buku-buku tersebut tidak akan membantu justru akan menjerumuskan. Kalo gak percaya lihat saja pengarangnya, pengarang buku-buku tersebut sebagian besar bukan seorang psikolog.
  4. Kerjakan semua tes sesuai dengan kemampuan teman-teman. Jangan pernah tergoda untuk tengak-tengok, lirik kiri, lirik kanan. Psikotes adalah salah satu cara untuk mengetahui potensi diri kita. Lha kalo tengok kiri kanan atau nyontek orang lain berarti hasilnya sama aja potensi kita plus orang lain dunk..
  5. Selama mengerjakan psikotes, jangan pernah takut salah. Dalam psikotes, gak pernah ada jawaban benar atau salah kecuali untuk tes inteligensi lho.. yang penting PD aja lah.. Selain itu juga rileks..
  6. Yang terakhir, jangan lupa berdoa memohon yang terbaik. Apapun usaha kita kalo gak disertai doa, pasti gak akan pernah maksimal.
Itulah beberapa tips dari saya yang mungkin bisa bermanfaat buat yang akan menghadapi psikotes. Kalo ada yang mungkin akan menambahkan, silakan lho..

Pengalamanku ikut Psikotes

Beberapa bulan terakhir, dalam rangka memenuhi keingintahuanku tentang proses seleksi yang dilakukan perusahaan ternama, sekaligus iseng-iseng berhadiah, aku mencoba apply ke beberapa perusahaan besar yang sedang membuka lowongan. Maklum, selama ini aku Cuma dapat teori tentang proses seleksi tanpa pernah mengalaminya langsung.

Sebulan yang lalu, aku sempat apply ke sebuah perusahaan otomotif ternama di Indonesia. Salah satu alasan paling mendasar untuk apply di perusahaan ini adalah perusahaan ini memiliki alat tes intelegensi sendiri dan kabarnya susah banget untuk menembus passing grade yang ditetapkan perusahaan. Seandainya aku bisa menembus passing grade mereka, kayanya keren banget de.. hehe.. 3hari kemudian, aku dinyatakan lolos tahap administrasi. Tahap selanjutnya adalah psikotes. Psikotes dilakukan di salah satu universitas negeri di Semarang pada pukul 13.00. Yang terbersit di pikiranku waktu itu adalah males banget. Tapi demi keinginan untuk membuktikan kalo aku bisa menembus passing grade itu, akhirnya kubuanglah rasa males itu.

Sesampai di lokasi, sudah banyak sekali orang yang bertengger di situ. Psikotes baru dimulai pukul 13.30. Ternyata psikotes yang aku ikuti adalah gelombang 2. Sebelumnya sudah ada psikotes yang dilakukan pada pukul 08.00.

Setelah peserta gelombang 2 memasuki ruangan, ada seorang dari konsultan yang telah ditunjuk oleh perusahaan yang mengucapkan salam dengan nada yang menurut kami (aku dan dua orang teman) agak tinggi dan kurang ramah. Orang tersebut (yang kemudian aku tahu adalah seorang psikolog) menanyakan kepada kami, peserta, apakah sudah makan. Ketika kami menjawab belum, tiba-tiba dia berkata dengan nada yang tidak mengenakkan dan terkesan menyalahkan kami. Dia berkata, “Salah sendiri, mau psikotes kok gak makan.” Setelah itu, aku mulai ilfeel dan agak ogah-ogahan mengikuti tes. Kemudian tes dimulai. Instruksi dilakukan oleh tester yang juga sama sekali tidak ramah. Tes dilakukan secara marathon, terdiri dari CFIT 3B, intelegensi 5 set, Pauli dan diakhiri dengan EPPS. Kejadian tidak menyenangkan terjadi ketika peserta diminta mengumpulkan tes Pauli. Waktu itu, karena hampir 2 jam kami berkutat dengan soal, pada saat mengumpulkan tes Pauli, kami melakukannya sambil berbicara. Tiba-tiba tester berkata, “Kalian itu lulusan S1. Kerja itu pake tangan bukan pake mulut”. Aku dan 2 orang temanku langsung terkejut. Kata-kata speerti itu tidak sepantasnya diucapkan oleh seorang tester. Apalagi kalo melihat penampilan tester itu, aku menduga dia juga paling masih kuliah S1, yah maksimal masih kuliah S2 lah. Setelah tes maraton selesai, kami diminta untuk menunggu karena hasil tes segera diumumkan saat itu juga dan setelah pengumuman keluar, yang lolos ke tahap selanjutnya segera mengikuti tes kepribadian. Kebetulan aku lolos. Suatu kebanggaan juga, aku berhasil. Hehe..

Pada waktu mengikuti tes kepribadian, gelombang 1 dan 2 digabungkan. Tes kepribadian menggunakan grafis dan wartegg. Setelah tes, kami diminta melihat pengumuman interview. Kebetulan aku mendapat jatah interview dua hari kemudian. Sedangkan temanku mendapatkan jatah keesokan harinya.

Keesokan harinya, setelah temanku interview, aku menanyakan nasibnya, ternyata dia tidak lolos. Dia bilang kalo yang lolos dari gelombang 1 semua. Pada waktu giliranku interview, aku terkejut juga, ada seorang psikolog yang memakai polo shirt dan celana jeans melakukan interview. Ternyata dia yang menjadi interviewerku. Selama interview, pertanyaan yang diajukan hanya seputar skripsi dan tesisku tanpa melakukan cross check dengan hasil psikotes. Aku cukup merasa aneh dengan proses interview tersebut. Setelah pengumuman keluar, yang lolos dari gelombang 2 hanya sekitar 7 orang. Aku gak lolos.

Sebenarnya apapun hasil yang kudapat, aku gak peduli. Aku juga gak terlalu berminat untuk bergabung di perusahaan tersebut. Aku lebih tertarik untuk mengomentari proses seleksi tersebut. Aku menyesalkan kenapa sebuah perusahaan besar memakai konsultan yang sangat tidak profesional. Buat aku, semua itu adalah suatu pelajaran penting. Paling gak ketika nanti aku mempunyai konsultan sendiri, jangan sampai aku atau orang-orang yang bekerja bersamaku berperilaku seperti itu.

Bersyukurlah *)

Kita wajib mensyukuri apapun yang menimpa kita dengan bersyukur menuntun kita untuk menyingkirkan sisi negatif dari hidup. Orang lain mungkin mengatakan bahwa kita tidak realistis. Namun sebenarnya sikap kita jauh lebih realistis, yaitu membebaskan diri dari kecemasan dan kesalahan.

Bersyukur mendorong kita untuk melangkah maju dengan penuh antusias dan keoptimisan. Tak ada yang meringankan hidup kita selain sikap bersyukur. Semakin banyak kita bersyukur, semakin banyak kita menerima. Semakin banyak kita mengingkari, semakin banyak kita menjejalkan beban dalam diri kita.

Kadang-kadang tanpa kita sadari kita sering mengeluh dan tidak bersyukur atas apa yang terjadi dalam diri kita. Pada kenyataannya, mengeluh memang jauh lebih mudah kita lakukan dibandingkan dengan bersyukur. Selalu saja ada hal yang kurang dalam hidup kita. Padahal apabila kita mau melihat sekitar kita, ada banyak hal- yang mungkin menyebalkan bagi kita-yang sudah seharusnya kita syukuri. Ketika kita mendapatkan masalah, kita juga harus bersyukur karena dengan masalah-masalah tersebut, kita ditempa untuk lebih dewasa.

Beberapa hal-hal kecil tersebut dan mungkin masih banyak lagi yang lain, seringkali kita keluhkan. Padahal apabila kita mau melihat secara positif, kita masih jauh lebih beruntung dibandingkan ratusan juta bahkan milyaran orang lain yang ada di dunia ini. Orang-orang yang tidak seberuntung kita saja masih bisa mensyukuri kehidupannya. Lalu bagaimana dengan kita?

Apabila kita membaca ini, seharusnya kita juga bersyukur karena kita masih memiliki kesempatan untuk membaca ini dan mencoba mensyukuri apa yang telah kita peroleh selama ini.

*) Thanks untuk CitaCinta yang mengilhami tulisan ini